Krisis Akhlaq Gerakan Islam
Krisis Akhlaq Gerakan Islam
Oleh: DR. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy
Oleh: DR. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy
Menghina saudara bukanlah akhlak seorang muslim
Rasulullah saw bersabda :
“Adalah sebuah keburukan yang nyata, apabila seorang muslim menghina saudaranya.” (HR. Muslim)
“Adalah sebuah keburukan yang nyata, apabila seorang muslim menghina saudaranya.” (HR. Muslim)
Penggalan
hadits Rasulullah saw ini berisi larangan keras bagi seorang muslim
untuk menghina saudara muslim lainnya, dengan jalan apapun ia
merendahkannya dan karena sebab apapun. Menghina adalah memicingkan mata
dan meremehkan seseorang, orang yang hina adalah yang kecil tak
bermakna, baik dilihat dari sisi fisik maupun maknanya, dengan ini kita
bisa membedakan antara kritik yang disyariatkan apabila ada alasan yang
mendasarinya dengan penghinaan yang tidak disyariatkan sekalipun ada
alasan dan situasi yang mendukungnya.
Kritik
adalah koreksi atas kesalahan sehingga terhindar darinya untuk kali
kedua, adapun menghina adalah sikap merendahkan dan meremehkan pribadi
pelaku kesalahan tanpa memandang kerja keras dan usaha yang dilakukan.
Apabila jelas perbedaan ini dalam pandangan kita, maka, sekalipun
masih ada sebagian kita yang belum memahaminya, maka kita akan tahu
hikmah Rasulullah saw melarang sifat buruk ini apapun dengan cara dan
alasan apapun. Sikap menghina apapun bentuknya adalah sifat destruktif
yang tidak membawa angin baik sama sekali, baik kepada pribadi yang
dihina dan masyarakat di mana ia hidup, bahkan yang terjadi adalah
sebaliknya, ia membawa bibit kebencian, pertentangan dan perpecahan.
Kalau seandainya orang yang menghina itu mengharap kebaikan orang yang
dihina atau masyarakatnya, maka hendaknya ia sentuh kesalahan itu bukan
pribadi yang bersalah, jika ia lakukan itu maka ia akan mendapatkan buah
kebaikan dari kesalahan yang terjadi dan semuanya menjadi lebih mudah
dan ringan untuk diterima.
Kebanyakan
orang yang suka menghina saudaranya adalah orang-orang yang suka
mencari kesalahan dan kekurangannya dibanding meneliti kebaikan dan
keutamaannya. Orang yang sepanjang hidupnya memilki prilaku seperti ini,
selamanya tidak akan pernah memiliki rasa tertarik kepada siapapun, dan
selamanya tidak akan mampu melakukan perbaikan apapun. Sunnatullah yang
berlaku pada manusia, kecuali para Nabi dan Rasul, diri mereka
terbangun di atas gabungan dua hal, kekurangan dan kesempurnaan. Setiap
orang berbeda dan bertingkat antara satu dengan yang lain, namun
kepaduan dua ha ini akan selalu menyatu dan bercokl dalam tabiat
kemanusiaan mereka, dan mencari-cari kesalahan dan aib orang lain adalah
termasuk termasuk aib dan kekurangan manusia yang paling berbahaya.
Orang
yang tidak mampu mengendalikan sikap mencari-cari aneka kekurangan
orang lain, pada akhirnya tidak mampu untuk menghindarkan dirinya jatuh
dalam sikap menghina dan meremehkannya, karena ia tidak akan mampu untuk
mengkritik aib orang lain dengan kritik yang korektif dan membangun,
karena jika itu terjadi maka manusia yang ada di hadapannya pasti telah
menjadi malaikat yang terpelihara, ini adalah hal yang mustahil terjadi,
karenanya kritik terhadap aib orang lain itu berubah menjadi penghinaan
terhadap pribadi yang dikritik.
Obat
penawar bagi orang yang suka menghina adalah dengan kembali melihat
dirinya dengan teliti sebagaimana ia melihat orang yang ada di luar
dirinya, maka jika ia orang yang berakal dan sadar, ia pasti akan
mendapati kekurangan yang mana ia menghina orang lain berdasar
kekurangan tersebut, kemudian ia berusaha untuk selalu memperbaiki
kekurangan itu, seandainya ia tidak memilki kemampuan untuk
menghilangkan dan membersihkan aib dan kekurangan itu, maka hendaklah ia
tahu bahwa itu adalah Sunnatullah di alam semesta ini, manusia tidak
pernah lepas dari kekurangan dan itu adalah tabiatnya, sehingga dengan
kesadaran ini ia akan bersikap rendah hati terhadap yang lain, ia
berusaha untuk menutup mata ketika melihat kekurangan itu ada
menggantung dalam diri seseorang.
Namun
bukan berarti syariat Islam membiarkan kita diam dan rela terhadap
penyimpangan sebagian kita, justru syariat ini mengajak kita dengan dua
potensi positif dan negatif itu agar saling bekerjasama dalam
memperbaiki segala hal dan saling menyokong agar sampai kepada derajat
kesempurnaan semaksimal mungkin. Sangat berbeda antara kritik membangun
yang didasarkan pada unsur saling kerjasama dan nasehat-menasehati,
dengan sikap menghina yang berdiri di atas sikap takjub kepada diri
sendiri dan iri.
Rasulullah saw mengingatkan kita : “Agama adalah nasihat.”
Dan
dalam sabda yang lain : “Adalah sebuah keburukan yang nyata, apabila
seorang muslim menghina saudaranya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
sumber : http://www.eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar