Selasa, 22 November 2016

Sholat dhuha

Shalat dhuha adalah salah satu shalat yang sangat di anjurkan oleh Nabi SAW.
Rosulullah Bersabda :"Barang siapa melakukan shalat dhuha 2 rakaat,maka dia tidak akan ditulis di antara orang-orang yang lupa pada Allah"
Adapu waktu shalat dhuha dimulai sejak matahari sudah tinggi kira kira satu tombak(kira kira 16 menit sesudah terbitnya matahari) dan berakhir sampai tergelincirnya matahari atau masuk waktu dzuhur.Bilangan rokaat shalat dhuha minimal 2 rokaat dengan satu kali salam dan yang paling banyak 8 rokaat.Adapun bacaan surat yang dibaca setelah membaca surat Al-Fatihah tidak wajib surat tertentu.Namun yang lebih utama,pada rokaat pertama setelah membaca surat al-Fatihah mambaca surat al-Syamsi dan pada rokaat ke 2 membaca surat al-Dhuha.

Senin, 21 November 2016

Khotbah Habib Umar bin Hafidz

Khotbah Habib Umar bin Hafidz



Segala madah bagi Allah SWT, penghimpun manusia di hari kiamat yang telah dipastikan. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT, satu-satunya, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang bakal meletakkan seluruh manusia di hadapan-Nya, guna diberi pahala atau siksa. Ketika itu, beruntunglah manusia-manusia beriman yang pandai memanfaatkan waktu hidupnya dengan menghadiri majelis kebajikan, ketaatan dan zikir, dan menyesallah mereka yang telah menghabiskan umurnya untuk berbuat maksiat. Aku bersaksi bahwa sang panutan, Nabi Muhammad SAW adalah rasul yang diutus oleh-Nya untuk menabur hidayah di muka bumi. Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam kepada Baginda Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang patuh kepada beliau hingga hari akhir nanti.
Wahai hamba Allah,,,,,
Dalam majelis ini, aku berwasiat kepada kalian samua, sekaligus kepada diri sendiri agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Ketahuilah, barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT, ia akan hidup penuh kekuatan dan berjalan di bumi-Nya dengan rasa aman dan tentram
                               
Wahai hamba Allah,,,,,
Ada dua perkara yang menyebabkan umat Rasulullah SAW ini kerap kali dilanda musibah dan bencana, dan sayang sekali, mereka tidak menyadari, atau bahkan tidak mempedulikanya sama sekali, sekalipun beliau SAW dan para ulama telah sering mengingatkan.
Dua perkara itu adalah, pertama, tiadanya penghargaan akan waktu, kesempatan dan umur yang telah dianugerahkan Allah Subhanahu Wata’ala. Sekarang ini, umumnya umat telah menyia-nyiakan waktu dan membuangnya untuk hal-hal yang kosong. Sebagian lagi menghabiskan waktu dalam perbuatan makruh, dan, bahkan kemaksiatan. Perbuatan ini setianya memancing amarah Allah SWT. Namun mereka abai serta tak mengindahkan. Maka tidaklah mengherankan apabila bencana demi bencana mulai merebak di negeri muslimin.
Kedua, pergaulan dan persaudaraan yang tidak lagi dilandasi itikad baik. Ketika umur dan waktu terbengkalai, ketika perkawanan tidak lagi dilandasi niat baik, maka kerusakan merajalela, fitnah dan cobaan bakal mendera umat, tak peduli di desa maupun di kota. Baginda Nabi SAW, dalam sabda-sabdanya, telah banyak mengingatkan umat agar memanfaatkan waktu dengan maksimal dan mendasari pergaulannya dengan niat soleh. Semua itu demi kebaikan umat sendiri. Akan tetapi sayang, orang-orang sudah tutup telinga dan mata. Mereka tak lagi berminat mendengarkan seruan beliau SAW.
Sadarlah wahai muslimin. Waktu adalah esensi kehidupanmu. Umur adalah peluang yang diberikan kepadamu. Berharga atau tidaknya hidupmu bergantung pada bagaimana kau memanfaatkan usiamu itu.
Rasulullah SAW bersabda "Di hari pembalasan nanti, dua telapak kaki seorang hamba akan tertahan dijembatan sirat. Takkan beranjak sampai ia ditanya mengenai empat hal. untuk apakah seluruh umur hidupnya? Dikemanakan usia mudanya? Dari mana ia mendapatkan harta dan digunakan untuk apakah harta itu? Sudahkah ilmunya diamalkan?"
Wahai hamba Allah,,,,,
Kita wajib kembali ke jalur yang telah digariskan Rasulullah SAW. Beliau adalah insan yang selalu berkata jujur. Beliau adalah sang petunjuk, penyeru kebenaran, suluh umat, dan pemberi kabar-kabar dari Ilahi. Beliau sangat cinta kepada umatnya. Kasih beliau kepada kita lebih besar dari kasih orang tua kita sendiri kepada kita. Allah SWT berfirman :
“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri”
Kembali ke dua hal di atas. Beliau SAW pernah mengabarkan : “Di dalam surga, para penghuninya masih merasakan suatu kerugian besar, yakni mengenai waktu yang telah berlalu—di kehidupan dunia—yang tidak mereka gunakan untuk berzikir kepada Allah SWT.”
Beliau juga mewanti-wanti : “Ketika suatu kaum duduk bersama-sama, akan tetapi tidak mengingat Allah SWT sama sekali, maka mereka bakal merasakan penyesalan di hari kiamat nanti.”
Pergunakanlah waktu dengan aktifitas yang baik. Ikatlah persaudaraan dengan asas yang bagus serta tujuan yang penuh manfaat. “Ketika seseorang menjalin kawan, meskipun sejenak di siang hari, kelak ia akan ditanya mengenai perkawanan itu: telahkan ia melaksanakan hak-hak Allah SWT atau mengalpakannya?” begitulah yang dinarasikan Rasulullah SAW.
Wahai hamba Allah,,,,,
Kita sudah sering membuang-buang waktu. Di antara kita bahkan ada yang lebih banyak mengisi waktu untuk maksiat. Marilah kita renung-kan bersama. Ke manakah malam-malam kita? Untuk apakah umur-umur kita? Apa yang kita kerjakan antara Maghrib dan Isyak? Bagaimana kabar majelis muslimin, pasar-pasar dan warung-warung? Tempat-tempat itu telah menjadi ajang melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya.
Ingatlah, bagaimana Baginda Rasul senantiasa zikir kepada Allah di setiap waktunya. Dulu, kaum muslimin tak pernah lalai untuk berzikir, di mana saja, siang dan malam. Akan tetapi kini, umat Islam, baik yang muda maupun yang tua, sudah menganggap remeh zikir. Mereka malas mengingat Allah dan lebih suka membicarakan yang lain. Ketika di dalam masjid sekalipun, mereka menganggap membaca Al-Quran tidak lebih asyik daripada bicara omong kosong. Hingga kita kerap menyaksikan mereka bicara tak tentu arah di dalam rumah Allah. Bahkan tak segan mereka meletakkan Al-Quran yang tengah dibaca hanya demi bisa mengobrol bersama rekan-rekan mereka. Sungguh, Betapa genting keadaan muslimin.
Tak hanya itu, umat Islam sekarang cenderung menjauhi majelis taklim. Ketika majelis pengajian diadakan di suatu desa, pesertanya selalu tak banyak. Orang-orang enggan datang dan lebih memilih kumpulan-kumpulan yang kurang baik. Mereka adalah manusia yang rugi. Mereka bakal menyesal. Keberadaan mereka sudah dinubuatkan Rasulullah SAW : “Manusia yang paling besar penyesalannya di akhirat kelak adalah mereka yang punya kesempatan untuk mengaji akan tetapi mereka sia-siakan kesempatan itu.”
Masa keemasan telah berlalu, yakni masa sahabat, tabiin, dan tabiin-tabiin. Masa ketika zikir, baca Al-Quran dan hadis menjadi kebiasaan, baik ketika makan, minum, tidur, dan segala rutinitas.
Wahai hamba Allah,,,,,
Ketahuilah, suatu majelis yang dilandasi niatan baik dan tujuan yang mulia, yakni ridha Allah dan Rasulullah, akan membuahkan kebajikan-kebajikan. Di antaranya menangguhkan musibah, meredam permusuhan, dan mencegah perbuatan munkar, Semua itu lantaran sikap saling membantu di antara anggota. Dan mereka semua pasti memperoleh pahala-pahala dan anugerah yang tak kecil nilainya dari Allah SWT. Sebab itulah Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan perhatian yang agung kepada majelis zikir dan majelis tak-lim.
Ya Allah, bimbinglah kami kepada kebaikan. Tambahkanlah rahmat-Mu untuk kami. Siramkan anugerah-anugerah-Mu kepada kami. Elokkanlah dhahir dan bathin kami, serta niat dan tujuan kami. Sirnakan kesulitan dari kaum muslimin. Dengan kasih-Mu, wahai Yang Maha Kasih Sayang.

Minggu, 20 November 2016

Cinta seorang Ibu Tiada Bandingannya

 Seorang pemuda datang melamar wanita cantik dan kaya raya, akhirnya terjadilah kesepakatan.
Namun tatkala si wanita mengetahui profesi ibunda si pria, maka si wanita memberi syarat :"Pada waktu resepsi pernikahan, ibumu tidak boleh datang."
 
Setelah berfikir, demi untuk mewujudkan pernikahannya, si pemuda dengan terpaksa menyetujuinya.
   Namun sebelumnya, dia terlebih dahulu menjumpai salah  seorang guru spiritualnya untuk meminta pendapat darinya.
 
Sang Guru bertanya:"Apa pekerjaan ibumu?"
"Aku ditinggal mati ayahku saat umurku satu tahun, akhirnya untuk membesarkanku, ibuku bekerja sebagai tukang cuci pakaian, dan dia berhasil mengantarkan saya sampai jadi sarjana". Jawab pemuda itu.
"Begini, hari ini kau pulang, dan kau cuci kedua tangan ibumu, besok kau kembali lagi, maka kau akan aku beri jawaban". Jawab Sang Guru.
  Pulanglah pemuda itu, sesampai di rumah, dia mendekati ibunya dan mencuci kedua tangan ibunya, dia melihat begitu kasarnya tangan ibunya, ada bekas-bekas luka dan kulit yang terkelupas, ia melihat pemandangan itu sambil meneteskan air mata.
 
  Dan sang pemuda tidak tahan untuk menunggu hari esok, dia datang lagi kepada Sang Guru dan si pemuda berkata :"Aku tidak akan mengorbankan Bundaku untuk siapapun".
RENUNGAN : " Banyak diantara kita yang sering melupakan kebaikan seorang ibu, demi kenikmatan semu dan sesaat. Maka saatnya bagi kita untuk membahagiakan hati ibu kita. Hati yang gembira jika melihat anaknya gembira, hati yang sedih jika melihat anaknya sedih. Ingatlah kawan bahwa semua manusia akan mati, maka mari kita bahagiakan ibu kita sebelum ia pergi meninggalkan kita untuk selamanya."

Sabtu, 19 November 2016

JUM'AH MUBAROK

"Banyak sekali kesunahan di hari yang sangat mulia ini.
Diantaranya :

1.Mandi Jum'at:masuk waktunya dengan terbitnya fajar dan keluar waktunya dengan pelaksanaan sholat jum'at/atau dengan tidak ada keinginan hadir sholat jum'at,dan waktu afdholnya mandi adalah ketika akan berangkat sholat jum'at.
2.Memakai pakaian yang bagus :Afdholnya adalah warna putih.lebih di sunahkan lagi bagi seorang khotib untuk memperbagus penampilannya.
3.Membersihkan badan :Seperti memotong kuku,mencabut bulu ketiak,menghilangkan bau tak sedap,bersiwak dll.
4.Memakai wewangian bagi seorang laki-laki.
5.Tabkir/Berangkat pagi-pagi untuk hadir sholat jum'at:Waktunya di mulai dari terbitnya fajr selesai dengan keluarnya imam dari sholat jum'at.Namun Tabkir tidak di sunahkan bagi seorang imam.
6.Menyibukan diri dengan dzikir atau selainya ketika dalam perjalanan menuju sholat jumat.
7.Membaca surat Al-Kahfi di malam jum'at dan hari jum'atnya:diriwayatkan barang siapa membacanya maka dia akan diterangi oleh cahaya sampai jum'at berikutnya.
8.Memperbanyak sholawat atas Nabi Muhammad SAW:Paling sedikitnya 300 sholawat
9.Diam dan tenang ketika mendengarkan khutbah
10.Sholat tahiyatul masjid
11.Memperbanyak membaca doa di waktu ijabah;seperti saat duduknya imam dari khutbah pertama sampai selesainya sholat.
12.Ziaroh kubur:Lebih di sunahkan lagi untuk ziaroh ke makam kedua orang tua yang sudah meninggal

Wallahua'lam

Jumat, 18 November 2016

Sabda Nabi

Anas bin Malik mengatakan, bahwa Rasulullah saw telah bersabda:
"Sungguh setiap pagi dan sore Allah SWT menatap wajah orang lanjut usia, seraya berkata: "Hamba-Ku, sungguh umurmu telah lanjut, kulitmu mulai mengusut, tulang-tulangmu semakin rapuh, kematianmu semakin dekat, dan janjimu untuk kembali kepada-KU sudah menunggu di depan pintu. Karena itu, merasa malulah kepada-KU. Sebab Aku merasa malu untuk menyiksamu lantaran ubanmu yang memutih.

Kamis, 17 November 2016

Gelapnya Hati

- Berbuat dosa karena selalu mengharapkan taubat
- Berilmu, tetapi tidak diamalkan
- Beramal, tetapi tidak ikhlas
- Rezeki Allah dinikmati, tetapi tidak pandai bersyukur
- Tidak rela menerima segala pemberian Allah
- Mengubur jenazah dan tidak diambil sebagai peringatan

Rabu, 16 November 2016

Krisis Akhlaq Gerakan Islam

PostHeaderIcon Krisis Akhlaq Gerakan Islam

Krisis Akhlaq Gerakan Islam
Oleh: DR. Muhammad Said Ramadhan Al-Buthy
Menghina saudara bukanlah akhlak seorang muslim
Rasulullah saw bersabda :
“Adalah sebuah keburukan yang nyata, apabila seorang muslim menghina saudaranya.” (HR. Muslim)
Penggalan hadits Rasulullah saw ini berisi larangan keras bagi seorang muslim untuk menghina saudara muslim lainnya, dengan jalan apapun ia merendahkannya dan karena sebab apapun. Menghina adalah memicingkan mata dan meremehkan seseorang, orang yang hina adalah yang kecil tak bermakna, baik dilihat dari sisi fisik maupun maknanya, dengan ini kita bisa membedakan antara kritik yang disyariatkan apabila ada alasan yang mendasarinya dengan penghinaan yang tidak disyariatkan sekalipun ada alasan dan situasi yang mendukungnya.
Kritik adalah koreksi atas kesalahan sehingga terhindar darinya untuk kali kedua, adapun menghina adalah sikap merendahkan dan meremehkan pribadi pelaku kesalahan tanpa memandang kerja keras dan usaha yang dilakukan.
Apabila jelas perbedaan ini dalam pandangan kita, maka, sekalipun masih ada sebagian kita yang belum memahaminya, maka kita akan tahu hikmah Rasulullah saw melarang sifat buruk ini apapun dengan cara dan alasan apapun. Sikap menghina apapun bentuknya adalah sifat destruktif yang tidak membawa angin baik sama sekali, baik kepada pribadi yang dihina dan masyarakat di mana ia hidup, bahkan yang terjadi adalah sebaliknya, ia membawa bibit kebencian, pertentangan dan perpecahan. Kalau seandainya orang yang menghina itu mengharap kebaikan orang yang dihina atau masyarakatnya, maka hendaknya ia sentuh kesalahan itu bukan pribadi yang bersalah, jika ia lakukan itu maka ia akan mendapatkan buah kebaikan dari kesalahan yang terjadi dan semuanya menjadi lebih mudah dan ringan untuk diterima.
Kebanyakan orang yang suka menghina saudaranya adalah orang-orang yang suka mencari kesalahan dan kekurangannya dibanding meneliti kebaikan dan keutamaannya. Orang yang sepanjang hidupnya memilki prilaku seperti ini, selamanya tidak akan pernah memiliki rasa tertarik kepada siapapun, dan selamanya tidak akan mampu melakukan perbaikan apapun. Sunnatullah yang berlaku pada manusia, kecuali para Nabi dan Rasul, diri mereka terbangun di atas gabungan dua hal, kekurangan dan kesempurnaan. Setiap orang berbeda dan bertingkat antara satu dengan yang lain, namun kepaduan dua ha ini akan selalu menyatu dan bercokl dalam tabiat kemanusiaan mereka, dan mencari-cari kesalahan dan aib orang lain adalah termasuk termasuk aib dan kekurangan manusia yang paling berbahaya.
Orang yang tidak mampu mengendalikan sikap mencari-cari aneka kekurangan orang lain, pada akhirnya tidak mampu untuk menghindarkan dirinya jatuh dalam sikap menghina dan meremehkannya, karena ia tidak akan mampu untuk mengkritik aib orang lain dengan kritik yang korektif dan membangun, karena jika itu terjadi maka manusia yang ada di hadapannya pasti telah menjadi malaikat yang terpelihara, ini adalah hal yang mustahil terjadi, karenanya kritik terhadap aib orang lain itu berubah menjadi penghinaan terhadap pribadi yang dikritik.
Obat penawar bagi orang yang suka menghina adalah dengan kembali melihat dirinya dengan teliti sebagaimana ia melihat orang yang ada di luar dirinya, maka jika ia orang yang berakal dan sadar, ia pasti akan mendapati kekurangan yang mana ia menghina orang lain berdasar kekurangan tersebut, kemudian ia berusaha untuk selalu memperbaiki kekurangan itu, seandainya ia tidak memilki kemampuan untuk menghilangkan dan membersihkan aib dan kekurangan itu, maka hendaklah ia tahu bahwa itu adalah Sunnatullah di alam semesta ini, manusia tidak pernah lepas dari kekurangan dan itu adalah tabiatnya, sehingga dengan kesadaran ini ia akan bersikap rendah hati terhadap yang lain, ia berusaha untuk menutup mata ketika melihat kekurangan itu ada menggantung dalam diri seseorang.
Namun bukan berarti syariat Islam membiarkan kita diam dan rela terhadap penyimpangan sebagian kita, justru syariat ini mengajak kita dengan dua potensi positif dan negatif itu agar saling bekerjasama dalam memperbaiki segala hal dan saling menyokong agar sampai kepada derajat kesempurnaan semaksimal mungkin. Sangat berbeda antara kritik membangun yang didasarkan pada unsur saling kerjasama dan nasehat-menasehati, dengan sikap menghina yang berdiri di atas sikap takjub kepada diri sendiri dan iri.
Rasulullah saw mengingatkan kita : “Agama adalah nasihat.”
Dan dalam sabda yang lain : “Adalah sebuah keburukan yang nyata, apabila seorang muslim menghina saudaranya.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah ra)
sumber : http://www.eramuslim.com

SUBHANALLAH WA BIHAMDIHI SUBHANALLAHIL 'AZHIM WASTAGHFIRULLAH

Doa Mustajab Agar Harta Dunia Mengejarmu
Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki
MusliModerat.Com - Diriwayatkan bahwa seorang Sahabat mengeluh kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata:
"Ya Rasulallah, kenapa dunia seolah-olah tidak menginginkanku, semua usahaku bangkrut, peternakan dan pertaniankupun selalu gagal panen.? Sambil tersenyum Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan tentang tasbihnya para Malaikat serta tasbihnya penghuni alam semesta yaitu kalimat:
سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم واستغفر الله
SUBHANALLAH WA BIHAMDIHI SUBHANALLAHIL 'AZHIM WASTAGHFIRULLAH
Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bacalah 100 kali sebelum terbit Fajar.
Maka dunia akan memohon kepada Allah agar engkau miliki (mengejarmu tanpa kau mengejarnya)"

Selang beberapa bulan kemudian, sahabat tadi kembali lagi dan bercerita:
"Ya Rasulallah sekarang aku bingung dengan hartaku kemana harus aku letakkan hasil usaha dan peternakanku karena banyaknya."
(Diriwayatkan oleh Al Khatib Al Baghdadi dari Imam Malik Rahimahullah. Dikutip dari Kitab  أبواب الفرج oleh Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki)
 
Oleh: fiqhmenjawab.net


Sumber : http://www.muslimoderat.net/2016/02/doa-mustajab-agar-harta-dunia-mengejarmu.html#ixzz4QCYD2PAk

Selasa, 15 November 2016

Profil Ulama

Lahir di Bangkalan, Madura pada 11 Jumadist Tsani 1235H. Wafat 29 Ramadhan 1343 H. Pendidikan Pesantren Langitan (Tuban), Pesantren Bangil (Pasuruan), Pesantren Kebincandi, Pasuruan, Pesantren Banyuwangi, dan Makkah Al Mukarramah.
Perjuangan/Pengabdian : Pengasuh Pesantren Kademangan, Bangkalan Madura
Kehadiran Syaikhona Kholil Bangkalan telah mengharumkan bumi Madura
Memang, kehadirannya ke dunia cuma sebentar, hanya 105 tahun. Namun, seluruh umurnya penuh manfaat. Kehidupannya yang tak mengenal lelah itu, diabadikan untuk pengembangan pesantren. Kiranya sangat wajar kalau Syaikhona Kholil Bangkalan dikukuhkan sebagai Bapak Pesantren Indonesia.
Pribadi Kiai Kholil sangat kharismatik. Berwibawanya nama Syaikhona Kholil, jelas disebabkan dalam dirinya terkumpul berbagai ragam keutamaan dan kesempurnaan, baik lahir maupun batin. Kesempurnaan keulamaannya sama sempurnanya dengan kewaliannya.
Dalam hierarki kewalian alam semesta, hampir semua wali Allah melihat Syaikhona Kholil sebagai wali Abdal (wali Allah yang mencapai paripurna, istiqomah dan rohani. Jumlah mereka di dunia ini ada tujuh. Para wali Abdal memiliki keistimewaan luar biasa, red.), bahkan terdapat waliyullah yang memandang sebagai Quthbul Gauts.
Banyak karomah yang dimiliki Kiai Kholil juga menunjukkan tingginya akan kewaliannya, dan banyaknya murid yang ternama menunjukkan tingginya derajat keilmuannya. Semua murid Syaikhona Kholil merasa bangga pernah berguru kepadanya. Berguru kepada beliau merupakan sesuatu yang prestisius.
Hampir ulama besar ternama di Madura dan jawa adalah murid Kiai Kholil. Selain itu, muridnya rata-rata berumur panjang, banyak diatas 90 tahun. Hal tersebut berkat doa Kiai Kholil  yang mendo'akan semua muridnya agar berumur panjang dan bermanfaat ilmunya.
Sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Turmudzi, bahwa Abu Bakrah meriwayatkan, ada seorang bertanya kepada Rasulullah, ''Ya Rasulullah, siapa orang yang paling baik?" "Orang yang panjang umur dan baik amalnya,'' jawab Rasul. Laki-laki itu bertanya lagi, "Lantas siapakah yang paling buruk?" Rasul menjawab,"Orang yang panjang umurnya, tapi buruk amalnya."
Tampaknya doa Syaikhona Kholil terkabul, Allah menjadikan semua muridnya seperti yang sabdakan Rasulullah, dan muridnya tersebar di wilayah nusantara. Diantara ratusan muridnya itu, yakni Hadratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari, Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, yang juga Pendiri Nahdlatul Ulama' (NU), KH. R As'ad Syamsul Arifin, Pengasuh Ponpes Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Asembagus, Situbondo, KH Abdul Wahab Hasbullah, Pengasuh Ponpes Tambak Beras, Jombang, Pelopor diskusi cendekiawan Taswirul Afkar, dan mantan Rois A'am PBNU, KH Bisri Syansuri, Pendiri dan Pengasuh Ponpes Mambaul Ma'arif, Denanyar, Jombang, dan pendiri Syarikat Islam Cabang Makkah, serta mantan Rois A'am PBNU, KH Bisri Mustofa, Rembang, KH Muhammad Siddiq, Jember, KH. Maskur, Singosari, Malang, Panglima Sabilillah, yang juga mantan Menteri Agama, KH Ridwan Abdullah, pencipta Lambang NU, yang juga kakek mantan Bupati Malang, (alm) Ir. H. Ibnu Rubianto, dan Ir. H. Soekarno, Proklamator Kemerdekaan RI, dan Presiden RI pertama.
Menurut penuturan KH R As'ad Syamsul Arifin, Bung Karno diakui sebagai teman Kiai As'ad. Meski Bung Karno tidak resmi sebagai murid Syaikhona Kholil, namun ketika sowan ke Bangkalan, Syaikhona Kholil sempat memegang kepala Bung Karno dan meniup ubun-ubunnya.
Menjelang akhir hayatnya, Syaikhona Kholil sering pergi ke Jombang, tempat pengajian Kiai Hasyim Asy'ari. Bahkan, kedatangan Kiai Kholil ke Tebu Ireng hanya untuk mendengarkan pengajian Kiai Hasyim Asy'ari. Hal ini suatu isyarat bahwa estafet perjuangan segera akan diserahkan kepada Kiai Hasyim Asy'ari, muridnya.

Untuk yang berada diwilaya DKI Jakarta dan sekitarnya


Senin, 14 November 2016

Jadwal nurul mustofa jabotabek

HADIRILAH !!!
GEMA TABLIGH AKBAR
MAJLIS NURUL MUSTHOFA
LIL HABIB HASAN BIN JA'FAR ASSEGAF
===============================
SABTU, 19 NOVEMBER 2016
PKL. 20.00 WIB - SELESAI
===============================
BERTEMPAT DI :
LAP. KAVLING ALFA INDAH
JL. PETUKANGAN UTARA - PESANGGRAHAN
JAKARTA SELATAN
===============================
LIVE STREAMING :
NURUL MUSTHOFA TV :
- https://goo.gl/IKLk73

WEB MAJLIS NURUL MUSTHOFA :
-www.nurulmusthofa.org

LIVE VIA YOUTUBE :http://www.youtube.com/c/NurulMusthofaYayasan/live

Donasi Majlis Nurul Musthofa

a/n Yayasan Majlis Nurul Musthofa Lil Hb Hasan Bin Ja’far Assegaf :
💳 Bca : 733.046.9000
💳 Mandiri : 127.000.56789.07
===================
APLIKASI LAIN MAJLIS NURUL MUSTHOFA :
QASIDAH MP3 :
https://goo.gl/U97vRj

KITAB MAULID DAN RATIB :
https://goo.gl/u3M1Ml
===============================
Informasi/Mengundang Majlis Nurul Musthofa
( Malam Selasa Dan Malam Minggu ) Hubungi :
📲 0811-1900-677
📲 0812-8314-1921
📲 0812-8751-1945

Jadwal Al-Khidmah wilaya mojokerto dan sekitarnya


Jadwal imtiaz


Profil Ulama (Habib Sholeh bin Muhammad Mauladawilah)

Habib Sholeh bin Muhammad Mauladawilah

Lahir di Singosari Malang pada 1295 H / 1807 M. Wafat Jum’at, 28 Ramadhan 1370 H / 1950 M. Di Makamkan di Pemakaman Umum Kasin, Malang. Pendidikan Nyantri kepada Al Habib Muhammad bin Hadi Assegaf, di Kota Siwon, Hadramaut, Yaman, berguru pada Al Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi (Shohibul Maulid), dan kepada Al Habib Ahmad bin Hasan Al Attas. Putra/Putri 13 Orang.
Perjuangan/Pengabdian : Perintis berdirinya Madrasah Attaraqqie, Mengajar di beberapa masjid, dan majelis taklim.
Ulama Waro’ yang Sederhana
Habib Sholeh bin Muhammad bin Ali Mauladdawilah dilahirkan di Singosari Malang pada tahun 1295 H atau bertepatan dengan tahun 1807 M. Beliau diasuh oleh kedua orang tuanya sampai menginjak usia remaja. Kemudian dibawa ayahnya ke Negeri Hadramaut, dan menetap di Kota Siwon untuk menuntut ilmu, supaya menjadi orang alim dalam bidang hukum Islam.
Di Hadramaut, beliau belajar kepada Al Habib Al Alim Al Alamah Muhammad bin Hadi Assegaf, yang terkenal sebagai mahaguru di Kota Siwon. Selain itu, juga berguru pada Al Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi (Shohibul Maulid) dan kepada Al Habib Ahmad bin Hasan Al Attas (Shohibul Khuroidho).
Berkat kecerdasan dan inayah dari Allah SWT, maka beliau berhasil dalam menuntut ilmu, seperti apa yang dicita-citakan ayahnya. Diantara teman-teman beliau yang seangkatan dalam menuntut ilmu itu adalah Asysyaich Abdurrahman bin Muhammad Baraja yang menjabat sebagai Qodhi di Kota Siwon.
Salah satu bukti yang menunjukkan kepadatan ilmunya, pada waktu di majelis ilmu Al Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf Gresik, ada seorang peserta majelis dari Malang menanyakan suatu masalah kepada Al Habib Abubakar. Setelah dijawab masalah tersebut, lalu Al Habib Abubakar berkata, bila ada masalah lagi, tidak perlu datang ke Gresik, cukup ditanyakan kepada seorang alim di Malang, yaitu Al Habib Sholeh bin Muhammad bin Ali Mauladdawilah.
Selama tinggal di Siwon, beliau menikah dengan cucu Al Habib Sholeh bin Hasan Al Bahar di Sabah. Sekembalinya ke Malang, beliau giat mengadakan pengajian-pengajian, termasuk di Kidul Pasar. Diantara santri beliau yang terkenal, Al Habib Ahmad bin Hadi Al Hamid, Pasuruan, KH Abdullah bin Yasin, Pasuruan, KH. Muhsin Blitar, Al Habib Ali bin Abdullah Mauladdawilah Talun Lor, H. Dahlan, Wetan Pasar, dan KH Ahmad Damanhuri Malang.
Habib Sholeh bin Muhammad bin Ali Mauladdawilah sangat memperhatikan bidang pendidikan, terutama pendidikan putra-putrinya. Bahkan sampai mendatangkan guru Asysyaich Ali Arrohbini untuk mengajar Qiro’atul Qur’an di rumahnya di Bareng Raya, serta mengirim beberapa putranya ke Hadramaut untuk menuntut ilmu di Siwon pada mantan gurunya, yakni Al Habib Al Alim Al Alamah Muhammad bin Hadi Assegaf.
Diantara 13 putra-putrinya yang sekarang masih ada, yakni Habib Alwi bin Sholeh bin Muhammad bin Ali Mauladdawilah, yang kini berada di Jeddah, Habib M Bakir bin Sholeh bin Muhammad bin Ali Mauladdawilah di Malang, dan Ali bin Sholeh bin Muhammad bin Ali Mauladdawilah yang berada di Solo.
"Beliau merupakan salah satu perintis Madrasah Attaraqqie, dan sempat juga mendatangkan Al Ustadz Abdul Kadir bin Ahmad Bilfaqih dari Surabaya sekitar tahun 1940-an untuk mengajar, dan menjadi Kepala Madrasah Attaraqqie," kata Ustadz Ahmad bin Salim Alaydrus, menantu Habib Sholeh bin Muhammad bin Ali Mauladdawilah, kala itu.
Amalan beliau sehari-hari yang menonjol adalah dzikrulloh. Diwaktu apapun saja, beliau selalu berdzikir kepada Allah SWT. "Hendaknya lisanmu itu selalu basah karena gerak dengan berdzikir kepada Allah."
Selain itu, dalam hidupnya suka beramal, terutama pada fakir miskin, anak yatim, dan famili-familinya. "Dalam hidupnya, beliau juga sangat sederhana dan berlaku waro’, dengan meninggalkan semua perkara yang syubhat (meragukan, red.), yang tidak jelas halalnya. Perbuatannya selalu dijaga benar-benar dan disesuaikan dengan hukum syariat Islam," tutur Ustadz Ahmad, yang juga kakak kandung Ustadz Alwy bin Salim Alaydrus.
Ada beberapa kekeramatan Habib Sholeh bin Muhammad bin Ali Mauladdawilah, diantaranya sewaktu Gunung Kelud di Blitar meletus dan terjadi lahar. Waktu itu beliau sedang mengajar di sebuah masjid. Atas Rahmat dan takdir Allah SWT masjid tersebut tidak roboh dan tidak tersentuh aliran lahar dari Gunung Kelud. Demikian juga dengan jamaah pengajian yang berada  di dalam masjid selamat. Padahal rumah-rumah di sekitar masjid roboh dan hanyut terkena aliran lahar. Bahkan sandal Habib Sholeh bin Muhammad bin Ali Mauladdawilah, yang semula hanyut terbawa lahar, setelah banjir lahar redah sandal tersebut kembali lagi ke depan pintu masjid.
Beliau wafat pada hari Jum’at, 28 Ramadhan 1370 H, bertepatan dengan tahun 1950 M dalam usia 75 tahun, dan dimakamkan di pemakaman umum Kasin, Malang. Setelah beberapa hari beliau dimakamkan, beberapa pemilik rumah yang ada di sekitar  pemakaman Kasin sering melihat ada cahaya yang keluar dari salah satu makam di pemakaman tersebut. Setelah diselidiki, ternyata cahaya tersebut berasal dari makam Al Habib Sholeh bin Muhammad bin Ali Mauladdawilah

Minggu, 13 November 2016

Kisah Dua Tukang Sol

l
Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya. Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.
Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia hiraukan.
Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk bercakap-cakap.
“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris nich?” kata mang Udin memulai percakapan.
“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya Bang Soleh.
“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.” kata mang Udin memelas.
“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”
“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras juga.” kata mang Udin sedikit kesal.
“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.” kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.
“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.
“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat pikulannya.
Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah “mampir” ke tempat shalat.
“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi rezeki yang barakah.”
Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.
Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,
“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”
Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,
“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang berkurang dipakai traktir saya.”
“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.
“Abang yakin?”
“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.
“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh harap.
“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk berpisah.
Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang sama. Bang Soleh mendahului menyapa.
“Apa kabar mang Udin?”
“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata mang Udin setengah menyalahkan.
Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,
“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk mendapat rezeki barakah.”
“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.
“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang lagi.
Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi order berkata setengah menyalahkan lagi,
“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order, sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk saya?”
“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?” jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.
Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia “hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh bang Soleh.
“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin sedikit pelan hampir terdengar.
Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah pembicaraan.
“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu hari ini, disini?” tanya bang Soleh.
“Tidak.”
“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut. Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh. Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan, “Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita tidak yakin.”
Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai paham. Kemudian mulai tersenyum.
“OK dech, saya paham. Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-kaca.
“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan bersyukur kepada Allah.”
Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa hidup akan lebih baik.
Sumber : http://www.motivasi-islami.com

Jumat, 11 November 2016

Majelis AR-Ridwan di Universitas Kanjuruhan kota Malang

Ceramah oleh Gus Wahid Arema

Cara Sujud yang Benar

Para ulama fiqih mendifinisikan shalat sebagai tindakan-tindakan dan ucapan-ucapan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Tindakan-tindakan dan ucapan-ucapan itu selanjutnya dinamakan rukun dan pemenuhannya menjadi satu keharusan. Berarti, bila tidak dikerjakan mengakibatkan shalatnya batal. Atau disebut sunnah jika berfungsi sebagai pelengkap dan penyempurnaan saja. Sehingga, kalau ditinggalkan, tidak sampai berakibat membatalkan shalat.
Rukun shalat secara keseluruhan ada tujuh belas, yang merupakan satu kesatuan utuh, sehingga pelaksanaannya harus berkesinambungan. Akibatnya, bila ada salah satu saja dari rukun itu ditinggalkan atau dilaksanakan secara terpisah, seseorang belum dianggap melaksanakan shalat. Dalam bahasa ahli ushul fikih, belum bebas dari uhdatul wujub, atau belum bias mengugurkan at-ta’abbud.
Setiap rukun mempunyai aturan dan cara-cara tertentu. Mulai dari cara membaca fatihah, ruku’, sujud, I’tidal dan seterusnya semua itu berdasar pada cara shalat Rasulullah saw semasa hidup. Sebagaimana perintah beliau dalam sebuah hadits:

صلوا كما رأيتموني أصلي -رواه البخاري

Artinya: shalatlah kamu seperti yang kamu lihat saat aku mengerjakannya (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Cara dan aturan-aturan tersebut telah diterangkan oleh ulama dengan panjang lebar, melalui proses ijtihad secara serius, dalam karya mereka berupa kitab-kitab fiqih.
Dalam berijtihad mereka senantiasa berpedoman pada al-qur’an, hadits, ijma’ dan qiyas serta metode-metode istinbath yang lain. Karena itu dengan berpedoman pada kitab-kitab fiqih, bukan berarti kita tidak atau kurang mengamalkan al-Qur’an dan hadits seperti anggapan minor sebagian kalangan tertentu.
Dengan demikian shalat yang dipraktikkan umat Islam, secara umum sama, karena berangkat dari sumber yang sama pula. Semua berdiri, membaca fatihah, ruku’ dan sbagainya. Tapi di balik kesamaan-kesamaan tersebut, ada perbedaan-perbedaan kecil yang tidak begitu prinsip . Jangan sampai terjadi, perbedaan kecil itu merusak ukhuwah islamiyah di kalangan muslimin.
Misalnya dalam hal sujud, para ulama sendiri terbagi dalam dua elompok, antara yang mendahulukan tangan dan yang mengakhirkannya setelah meletakkan lutut. Keduanya memiliki dasar masing-masing. Kalau ditelusuri perbedaan pendapat tersebut berpangkal pada dua hadits yang termaktub dalam bulughul maram, karangan Ibnu hajar al-Asqalani.Hadits pertama riwayat dari sahabat Abu Hurairoh ra yang menyatakan bahwasannya rasulullah saw bersabda;

إذا سجد أحدكم فلايبرك كمايبرك البعير وليضع يديه قبل ركبتيه - رواه أبوداود والترمذي والنسائي

Artinya: jika salah satu dari kalian bersujud, janganlah menderum seperti unta menderum, letakkanlah kedua tangan sebelum lutut. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasa’i)
Dalam hadits tersebut jelas kita diperintahkan untuk mendahulukan tangan. Sebuah pengertian yang berlawanan dengan hadits kedua riwayat sahabat Wail bin Hajar ra yang mengatakan:

رأيت النبي صلى الله عليه وسلم إذا سجد وضع ركبتيه قبل يديه ركبتيه -رواه أبوداود والترمذي والنسائي وابن ماجه

Artinya: saya melihat Rasulullah saw ketika sujud meletakkan (menjatuhkan) lutut sebelum tangannya. (HR. abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I dan Ibnu Majah)
Ketika ada dua hadits yang tampak bertentangan seperti itu, para ulama akan memilih mana yang lebih kuat; yang sahih didahulukan dari pada yang dhaif. Kalau kedudukannya sama, sebisa mungkin dikompromikan agar sejalan dan tidak saling bertentangan . Jika langkah  tersebut tidak mungkin dicapai, hadist yang terdahulu dirombak (dinasikh) oleh yang terakhir. Dengan catatan sejarah keduanya diketahui. Bila waktunya tidak jelas, sikap yang mereka ambil adalah al-waaf. Maksudnya kedua hadits tersebut tidak diamalkan, lalu beralih pada dalil lain. Solusi seperti itu diketemukan dalam kitab-kitab ushul fikih, seperti tashit Thuraqat, Irsayadul Fukhul dan al-Luma’.Yang menjadi permasalahan adalah para ulama sering berbeda menilai sebuah hadits. Hadits yang dianggap sahih oleh seorang ahli (muhadditsun) tertentu, pada saat yang sama kadang diklaim tidak sahih oleh ulama lain. Pada gilirannya, mereka cenderung berpendapat sesuai dengan hasil ijtihad masing-masing.
Pada kasus sujud Imam Malik dan Imam Auzai memilih hadits yang pertama. Sedangkan madzhab Syafi’I dan Hanafi cenderung mengamalkan hadits kedua. Dalam kaitan itulah mengapa khiaf tidak terelakkan. Apalagi jika hadits hanya diketahui oleh satu pihak saja. Namun yang pasti, ulama terdahulu telah berupaya semaksimal mungkin mendekati setiap kebenaran. Yang benar memporel dua pahala yang salah memperoleh satu pahala. Dengan syarat mereka benar-benar mempunyai kompetensi untuk berijtihad. Dalam arti, melengkapi diri dengan berbagai disiplin keilmuan yang diperlukan untuk tugas mulia yang sangat berat itu. Sekarang kita tinggal pilih sesuai dengan kemnatapan dan keyakinan masing-masing. Kalangan pesantren yang akrab dengan kitab-kitab Imam syafi’I dalam hal sujud mungkin mendahulukan lutut. Tetapi kalangan yang lain bisa saja mendahulukan tangan.  
sumber: KH. Sahal Mahfudh, Solusi Problematika Umat.